"Aku tahu kamu beberapa kali mengunjungiku waktu aku ada di ICU." Suara BJ terdengar di telingaku. "Tante Rima yang memberitahu.Seandainya saja aku sadar waktu itu, tentu aku tak mengijinkanmu pergi lagi."
Aku tertawa lirih. BJ memang tak menyadari kehadiranku.
"Lain kali, jangan menakutiku seperti itu, "kataku. "Kupikir aku akan kehilanganmu selama - lamanya."
"Saat itu memang aku ingin mati. Sengaja aku minum obat lebih banyak. Tindakanku memang tolol. Seharusnya aku lebih kuat Beib. Sepertimu. Kurasa hidupku sudah berakhir waktu kamu memutuskan untuk menikah dengan Danang."
Aku menarik nafas panjang. "Keputusan itu masih berlaku, BJ."
Untuk sesaat tak ada yang bicara. Kurasakan jari - jari BJ membelai rambutku.
"Aku tahu," ujarnya kemudian. "Tetapi aku harus tetap menemuimu."
"Hubungan ini ......" suaraku tercekik, "......tidak bisa berlanjut."
"Aku tahu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwaq aku tetap selalu menyayangimu."
Kubenamkan wajahku di dadanya. Aku tak ingin berkata - kata. Aku hanya ingin menikmati saat - saat bersamanya. Karena setelah ini, aku takkan bisa bersamanya lagi. Kami akan menempuh jalan hidup masing - masing.
"Beib........."BJ membelai - belai pipiku. "Aku harus pergi sekarang."
Kurasakan pipiku basah. BJ memegang kedua pipiku. Matanya yang hitam seperti malam berkaca - kaca. "My Lovley Baby," ucapnya lirih.
Aku tersedu - sedu.
Ia menciumku. Lama. Lembut.
"Berhentilah menangis," bisiknya di telingaku. Disekanya air mataku dengan punggung tangannya. lalu dibimbingnya aku berdiri. "Aku belajar banyak darimu, terutama belajar menjadi kuat. Dan hei, aku akan datang di pernikahanmu nanti. Pastilah kamu pengantin yang tercantik yang pernah aku lihat."
Kupandang matanya yang hitam dan berlinang air mata.
Ditundukkan kepalanya, bibirnya terasa lembut di dahiku.
Kami berpandangan.
Dibukanya pintu.
Ditutupnya di belakangnya.
Ayura, 2010
No comments:
Post a Comment